Sabtu, 24 Juni 2017

Satu Bulan Bersamamu

Ketika engkau datang
Ku sambut dengan sejuta harapan
Harapan untuk menjadi yang lebih baik
Satu bulan kita bersama
Dalam setiap detik, menit, jam,hari, minggu dan bulan

Kembalilah,
kembalilah kepada orang-orang yang memperdulikanmu,
Orang-orang yang mencintaimu,
Dan orang-orang yang menjadikanmu harapan
Mari kita lanjutkan perjalanan kita

Satu bulan terlalu Amat singkat
Untuk sebuah kebersamaan nan indah ini
Benang-benang romantisme yang kita rajut
Rasanya belum menjadi kain..

Alampun seakan mengerti keprgianmu,

Derasnya hujan di penghujung waktu

Menjadikan perpisahan ini syahdu dan haru.

Dekaplah aku,
Agar ku takkan pernah berpisah dari dekapanmu
Walau dalam sekejap mata memandang
Walau hanya impian yang terkenang
Dan walau hanya perasaan yang ku dambakan

Yaa rabb, yaa rosul wahai kekasihku
Bimbinglah kita menuju jalanmu
Jalan yang engkau ridhoi
Dalam taburan rahmat, maghfiroh dan hidayahmu
Agar hidup ini lebih terarah, saat ku kehilangan arah

Selamat jalan kekasihku
Tarbiyah dan semangatmu selalu bersamaku
Yaa robbi ku mohon padamu
Pertemukanlah aku dengan orang-orang yang mencintaimu
Dan orang-orang yang engkau rodhoi.
Padamu, ramdhan yang telah pergi, semoga bertemu kembali..

29 Ramadhan 1438 H. / 15:12 WIB

Minggu, 11 Juni 2017

Baiknya bagaimana?

Malam semakin sunyi.
Dan kini, kutemukan sedikit jawaban itu sendiri.
Ada apa sebenarnya?
Jika semakin kudesak, akan baik kah?
Ah, kecil sekali nyaliku.
.
Benar kan? Lebih baik aku diam.
Diam dan tidak bertanya ataupun menjawab.
Baru satu kata saja, tiba-tiba kau menyuruhku diam.
Bagaimana aku berani kembali bertanya?
.
Aku ingin tau, dan aku juga ingin kau tau.
Aku ingin tau, tapi selalu ku urungkan.
Nyatanya benar, tak baik jika aku bertanya.
Aku ingin kau tau, tentang aku yang ingin tau.
Tapi, mungkin lebih baiknya tidak tau saja..
Cukup. Cukup dan aku akan diam.

Sabtu, 10 Juni 2017

Kamu sebagai siapa?

Kembali teringat, ketika aku dalam diam.
Menyayangimu dalam diam.
Mendo'akanmu tanpa ada yang tau.
Dengan sederhana, aku serba tau.
Entah dari mana.
Entah karena apa.
Aku benar-benar mengagumimu dalam diam, waktu itu.
.
Berjalannya sang waktu.
Entah seberapa jauh aku mengenalmu.
Entah seberapa jauh pula kamu mengenalku.
Seberapa sering aku tau kebiasaanmu.
Seberapa sering kamu juga tau kebiasaanku.
Hingga, apa hubungan kita?
.
Jalani saja, katamu.
.
Dan, ketika Sang Pembolak-balik hati membolak-balikkan hatiku.
Ketika aku ingin berbalik dan beranjak pergi.
Tertahan, karena aku ditahan.
Hingga akhirnya aku bertahan.
Sampai sekarang.
.
Lalu kamu bertanya, aku menganggapmu apa?
.
Duh, merasa tak kuanggapkah kamu?
Lalu selama ini, aku siapa?
Apa arti hadirku bagimu?
Apa arti hadirmu bagiku?
Tak berartikah yang terjalani?
Tak ada artinyakah semua yang aku lakukan?
Tak ada artinyakah semua yang kamu lakukan?
Apa sebab dari pertanyaan itu?
.
Aku benar-benar serasa terbunuh dalam sekejap.

Ingin rasanya, aku kembali dalam diam saja.

Mengagumi dan menyayangimu dalam diam.

Dengan sederhana dan cukup aku yang tau.

Bisakah?

Tidak. Ini tidak akan bisa.

Karena kamu tak pernah menyukai diamku.

.
Selanjutnya, aku bagaimana?
Tetap menganggapmu seperti biasanya?
Atau bagaimana?
Ingin aku bertanya,
Ah selalu ku urungkan.

Andai ini terbaca, kamu ingin ku anggap apa?
Hingga terjawab. Jelas.
Untukmu, sesuai keinginanmu, untuk bahagiamu.
______________
06:18
11062017

Sabtu, 03 Juni 2017

Dia dan Waktu

Dia dan Waktu

Jika rasa ini bukan rasa yang sepihak seharusnya kau merasakannya . Ya merasakan rindu yang kurasa apalagi jika kebetulan belum jua sampai pada titik temu .. Aku hanya mampu menduga-duga kedaanmu .. Aku hanya mampu menitipkan salamku lewat doa-doa dipenghujung lima waktuku .. Entah bagaimana caranya, Jika memang Allah meridhoinya salamku pasti tersampaikan .. Dan kau merasakan kerinduanku yang sudah kesekian .. Biarlah ku jadikan rindu yang mungkin sepihak ini sebagai penguji kesabaranku. 🍃
Aku harap penantianku ini bukan untuk berapa lama aku menunggu.
Namun akan menjadi seberapa baik diri ini hingga kita diijinkan untuk bertemu.
Aku harap engkau pun sama, mampu menikmati rindu yang dibangun sempurna.
Rindu yang sama - sama menemani kita.
Rindu yang mengajarkan tentang dalamnya hubungan serta pengharapan.
Perasaan hati yang terkadang mampu membuat kita tersenyum tanpa sebab yang pasti.

Jika benar kita akan dipertemukan suatu hari nanti.
Aku takkan membelokkan hati ini pada yang lain hingga saatnya tiba.
Biarkan aku terus menikmati lagu yang aku suka, lagu yang mampu memberikanku keberanian untuk terus memimpikan hari - hari indah kita bersama.
Biarkan jutaan perasaanku tentangmu saat ini terus menjelma menjadi segala bentuk tulisan yang diinginkannya.
Hingga pada akhirnya, akan kutunjukkan padamu bahwa aku telah mengharapmu sejak lama dan terus berjuang agar tak ada kata kecewa diantara kita..

Menuntaskan rindu

Jika banyak orang menuntaskan rindu dengan bertemu, apadaya denganku yang selalu menuangkan rindu pada bait kata yang ku coba rangkai meski sesekali terlihat janggal.
Pada setiap malam, apalagi ketika hujan menyertai. Dan, anginnya yang mampu menguatkan ingin dalam diri untuk menemuimu, aku mencoba mendiamkan rindu dan merasakan ketika rindu terus menjalar.

Sampai aku sudah terbiasa dengan rindu yang tak terbayar temu. Tak apa aku pikir, meski kamu tidak berdiri di depan retinaku. Aku sudah mempunyai cara melihatmu dengan jelas ketika mataku rapat terpejam.

Itu jauh lebih mudah. Tidak perlu aku merengek manja, memintamu lalu memaksa untuk bertemu.

Namun, jangan kamu pikir aku tidak mengharapkan pertemuan.
Jauh dalam angan, aku selalu membayangkan betapa bahagia bercampur haru ketika bertemu nanti.
Mengingat aku dan kamu yang harus berteman dengan jarak, dan bersahabat dengan waktu. Siapa tahu mereka menunjukan sisi kebaikan hatinya, lalu mengantarkan aku pada orang yang selama ini aku harapkan.

Mungkin akan sia-sia dan terlihat pasrah jika hanya berteman dan bersahabat dengan mereka. Melupakan do'a yang sepertinya mempunyai kekuatan terluar biasa dalam sebuah rencana.

Tentang rindu

Merindumu adalah menemu sunyi,
Seperti gerimis menjumpai tangis,
Seperti detak dalam tubuh sajak,
Serupa puisi, sebait kata pada tubuh sepi,
Serupa bunyi, rima yang tak henti-henti..
.
Anggap saja hujan ini adalah kenangan, meski rintik yang setitik tapi mampu mengingatkan.
Anggap saja hujan ini adalah kerinduan, meski rintik yang setitik tapi mampu mempertemukan.
Anggap saja hujan ini adalah aku, meski sudah tak lagi deras, tapi tetap membekas..
.
Malam ini, langit menghitam.
Kilat berdentum dalam pekat malam.
Kilauan cahaya sesekali menggores sisian gelap malam.
Hujan malam ini, jelmaan kerinduan.
.
Yang ingin ku dengar adalah suaramu, namun saat ini hanya kenangan atap yang diserbu cucuran hujan, dan hanya wajah malam yang menangis tersedu..
Dalam rindu yang tertahan oleh penantian,
Kusenyapkan malam dalam kesendirian,
Ingin ku titipkan salam rindu padanya,
Yang Setia mendekapku dalam setiap do'a..

Senja

Senja terlalu buru-buru berlalu,
padahal aku baru hendak mewarnai langit untukmu
dengan warna-warna rinduku yang selalu biru..
Ingin kulintasi peradaban senja bersamamu,
dengan kecepatan rindu yang melesat diluar nalar waktu,
yang bergerak diluar jalur jantung dan nadiku..
Kusimpan sendiri mega rinduku dalam langit jiwaku,
yang akan kau kutip setiap senja sepenggal demi sepenggal
sebelum tenggelam ke kaki ajal..
Impian yang menjadi nyata itu ada disetiap senyuman dan binar yang kau tinggalkan di bola mata mereka.. (siapa?)
Bukan pada masa depan, yang dirimu sendiripun masih butuh tangan takdir untuk meraihnya..
Lukislah pelangi itu sebelum kanvas usia mereka habis dilukis senja..
Senja hanya salah satu cara waktu agar matahari rindu itu bisa terus terbit,
menembus malam, tempat semayam mimpi2 kita yang selalu padu..
Tetap tak jua kumengerti
senja kecil yang sederhana
begitu damai ia jatuh di hati kita..
Ada yang tak tenggelam ketika senja, Rasa.. 😅