Rabu, 29 Juni 2016

Terimakasih

Seutas kata, sekilas senyum, sepenggal tawa, langkah yang berderap untuk kepastian jiwa.
Kelam yang tersibak, mendung akan hilang.
Terimakasih sayaang, untuk waktu dan kebersamaan kita selama ini, senja itu dan entah sampai kapan.. Do'aku menyertaimu.. 😊
.
Entahlah..
Rasaku kian membuncah
Menyeruak tak mampu terjamah
Anganku memhembara penuh gelisah
Pertemuan itu,
Kebersamaan itu,
Membawaku selalu merindukanmu.
Di balik jeruji rindu,
Ku tatap potret wajahmu
Mengenang semua tentangmu
Tentang kisah kita.
Di balik jeruji rindu,
Merangkai serpihan kalbu
Dalam rengkuhan pedih
Dalam naungan perih
Namun, rindu ini terlalu Indah untuk ku rasakan.
Tercurah dalam penantian,
Kau yang terpisah jarak dan waktu,
Tak rindukah?

19:33 WIB
29 Juni 2016

Minggu, 26 Juni 2016

Kerinduan

Di batas-batas kerinduan dan kehampaan tak terasa airmata menetes di pipiku..
Hati yang mati suri, tiba-tiba terjaga dan berkata bahwa sesungguhnya rasa masih ada..
Baru kumengerti bahwa rasa tak pernah pergi dan sepertinya takkan terganti..
Sekeras apapun kumencoba, selemah apapun daya tuk mengingatnya..
Hati miliki pilihannya sendiri yang tak bisa diatur oleh akal..
Kukira aku sudah berhenti berharap di sekian waktu yang lalu,
Kukira aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu,
Kukira aku takkan lagi melihatmu seindah seperti dulu,
Hingga kemarin aku tahu bahwa segalanya tak ada yang berubah..
Hanya setumpuk perkiraanku saja yang salah..

22 Ramadlan 1437H
23:45 WIB

Sabtu, 25 Juni 2016

Rindu

Malam ini,
Rinduku datang lebih kejam
Bahwa mengingatmu adalah kesunyian..

Aku menemuimu di sudut kegelapan
Dengan rindu yang erat ku genggam
Adakah kau disana jua merasakan?

Aku berteriak keras
Memanggilmu dalam kebisuan
Memelukmu diam-diam dalam gelap

Seakan kehabisan cara untukku berkata
Aku harus bagaimana
Dengan rindu yang tak bisa ku aksara..

Malam Sabtu,
22:15 istiwa'
06 Ramadlan 1437H / 10 Juni 2016M.

FuN

Firasatku seakan membenarkan
Akan hadirmu yanh menenangkan
Rinduku seakan terjawab
Inikah do'aku yang nyata dan tersirat
Duh...

Untukmu, kamuku.
Lilin-lilin sunyi seakan yang hanya Setia menemani
Ingatanku, kau paksa untuk terus menyendiri
Nan perih ku rasa dalam lirih

Nestapaku silih berganti beralih
Impianku?
Akankah harus memaksaku? Tidak!
Maaf dengan rasa yang diam-diam ku pendam..

9 Juni 2016
21:45 istiwa'

Bdmd

Menulis, tapi apa yang akan ku tulis kali ini? Bisa apa aku selain hanya menulis ini itu. Menulis, menulis, dan menulis. Tak jelas.
Hanya ingin bercerita, dan tak butuh tanggapan. Iya aku ingin cerita. Tapi, aaaaah tak mampu mengungkapkan apa yang ingin ku ceritakan.
Dan ini yang bikin bdmd..

Kamis, 23 Juni 2016

Terimakasih

Aku hanya ingin bercerita denganmu wahai kertas putih. Malam ini terasa sepi sunyi seperti tanpa penghuni. Huemph, ya walau mungkin hanya perasaanku saja. Aku ingin menyendiri malam ini. Entah  dengan sebab apa, tapi aku benar-benar ingin sendiri.
Terimakasihku pada Rabbku, aku bahagia. Ku temui sapa dan tawa darinya yang kurindukan sejak kemarin. Sayangnya, waktu terlalu singkat. Aku tetap bersyukur, Sang Maha Cinta memberiku waktu bahagia hari ini..

20 Juni 2016
22:10 istiwa'

Bahagianya si Purnama

Purnama yang Indah Fajar ini. Hey Purnama, sungguh bahagianya engkau yang selalu bertemankan 'kartika'. Ya, kartika si Bintang Fajar. Bintang yang selalu bersamamu, dari senja berlabuh hingga subuh menghilang. Pernahkah kau membenci Bintang itu? Ataukah Bintang pernah membencimu? Sepertinya tak pernah. Duh, bahagianya engkau. Tak sepertiku yang penuh kebencian. Dia membenciku. Huemph, mungkin karena sikapku yang acuh, sikapku yang sok tak peduli, sikapku yang hanya diam. Itu kah alasannya? Ah andai dia tau. Aku tetaplah aku. Acuh karena aku tak ingin berlaru-larut. Terlihat tak peduli tapi sebenarnya aku sangat peduli. Dan Aku diam karena aku tahu diam lebih baik dari pada banyak bicara menambah masalah. . Semua ini kulakukan dengan caraku. Cara menyikapi semua yang ada. Ah terlalu sakit jika benar-benar kurasakan. Oke, tak apa aku dibenci. Aku memang seperti ini. Aku tetap aku dan tetap dengan caraku. Dan aku tetap dengan rasa sayangku, saudaraku.

18 Juni 2016
03:15 istiwa'

Hujan, aku rindu

Hujan, taukah kau tentang rinduku? Aku rindu, sebagaimana bumi merindukanmu sejak kemarin. Dan senja ini, kau hadir membasuhnya. Sepeka itukah engkau? Lalu, bagaimana dengan dia yang ku rindukan?
Hujan, rindu ini sangat kering dan semakin mengering. Sekering dan setandus tanah bumi tanpa hadirmu. Tapi, tak bisa ku bohongi  aku menikmati rindu ini. Sungguh..
Hujan, hingga malam ini kau tetap membawa aroma khasmu. Dingin. Hawa dingin yang lama tak kurasakan. Dan ku akui, bahwa sedingin inilah hatiku saat ini. Hujan, aku rindu dia.
Hujan, bolehkah aku berbisik kepadanya dengan bahasa hati? Bolehkah aku mendengarkan kata-katanya dengan telinga jiwa? Dan ketika ku capai kedekatan dengannya secara tulus dan ikhlas, maka jauhnya tubuh tak masalah bagiku. Hujan, karena itulah aku ingin berbisik kepadanya dengan bahasa hati, walaupun keberadaannya tak disisiku.
Hujan, aku merindukannya sebagaimana surga yang dirindukan. Kerinduan akan sosoknya sebagai kabar yang beredar dan telinga yang mendengar tak akan pernah usai. Hari-hari yang berjalan selalu menggambarkan padaku tentangnya, menerangkan padaku tentang bagaimana ia, dan memperlihatkan apa-apa yang semakin membuatku merindu padanya. Dan semua itu membuatku semakin nyaman bersamanya.
Hujan, aku percaya Allah melihat apa yang terjadi padaku, walau kedua mataku tak bisa melihatnya sendiri. Tentang kerinduanku untuk berjumpa dengan sosoknya, tentang kerinduanku untuk mendengar perkataannya sebagaimana keinginanku untuk mendengar kabar tentangnya.
Hujan, kini ia telah mengetahui rahasia hatiku yang pernah ku pendam. Mungkinkah ia bisa memaklumi apa yang selama ini aku lakukan?

14 Juni 2016
01:05 istiwa'

Kamis, 02 Juni 2016

Bersama hujan rindu

Tengah malam.
Dan sekarang sepertiga malam.
Seakan alam mengerti bagaimana hati ini.
Rintik hujan temani risauku.
Deretan tetes air.nya membawa rinduku.
Rindu yg kutitipkan sebelumnya.
Untuknya, di jauh sana.
Dingin, ku mohon jangan sentuh dia.
Biarkan ia terlelap.
.
Hey, kenapa rumput bergoyang?
Setelah lama ia terpaku, diam membisu.
Kini? Ia bagai tersiram air penyejuk kalbu.
.
Ah, bukan ku fokus padanya.
Hanya saja, berbeda.
Aku takut. Benar-benar takut.
Entah dengan alasan apa, tpi aku memang takut.
Dan, difikirku selalu ada bayangnya.
Bayang yang nyatanya dia di jauh sana.
Selalu dia. Tetap pada dia..
Tanpa alasan.

02:34 wib
3 Juni 2016