Jumat, 27 Oktober 2017

Entah akan bagaimana

Rasa yang Entah harus bagaimana selanjutnya.
Andai, kita sama-sama tau inginnya masing-masing.
Tak akan serumit yang terjalani.
Masihkah sanggup menghadapi semuanya ketika tak lagi baik?
Masihkah sanggup dengan sebuah hubungan yang hampir sering berselisih?
Masihkah sanggup?

Rabu, 25 Oktober 2017

PadaMu Rabbku.

Terimakasih untuk semuanya, Rabb.
Terimakasih selalu mengingatkanku.
Terimakasih (masih) tetap membimbingku.
Terimakasih untuk rasa yang entah bagaimana adanya.
Terimakasih untuk perjalanan ku.
Terimakasih untuk hati yang selalu penuh kegembiraan.
Terimakasih (selalu) diajarkan untuk kuat dalam segala hal.
Terimakasih (selalu) diajarkan untuk sabar dalam segala hal.
Terimakasih untuk air mata yang selalu bisa membuatku tenang.
Terimakasih untuk kaki yang selalu mudah melangkah.
Terimakasih ..
.
Maaf,
Maaf untuk segala khilaf.
Maaf untuk segala keluhan.
Maaf selalu merasa kurang.
Maaf terkadang lupa akan keharusan.
Allaaah, maaf untuk segalanya. 😢
.
Ku mohon, (tetap) beri kemudahan.
Tetap bimbing untuk menuju kepadaMu.
Ku mohon, ridhoi segala yang langkahi.
Ku mohon, tenangkanlah hati dan jiwaku.
Tetap ku mohon, selalu bimbing aku.
Bimbing aku menjadi wanita shalihah.
Aamiin.

Selasa, 17 Oktober 2017

Teruntuk Beliau-beliauku

Wahai ayah, wahai ibu

Kali ini ingin kusampaikan permohonan maafku

Maaf atas segala waktu yang terbuang sia-sia untuk menungguku

Dimulai sejak kalian menunggu kehadiranku di dunia,

Menunggu aku untuk terus bertumbuh,

Menunggu di depan kelas Taman Kanak-Kanakku,

Menunggu setiap waktu pulang sekolahku,

Menunggu aku selepas bermain dengan teman-temanku,

Menungguiku ketika aku lelah dan lemah hingga aku tertawa lagi,

Menunggu, menunggu, dan terus menunggu hingga waktu membuatku tumbuh menjadi wanita dewasa……

Tak terhenti sampai disana…. Kaupun masih menunggu..

Menungguku pulang dari perantauan,

Menungguku menunjukkan ijazah kelulusan,

Menunggu aku meraih cita-cita yang aku impikan…

Dan menungguku, bukan sekedar menunggu terdiam

Karena kutahu, menungguku berarti beban,

Menungguku berarti terkuras semua peluh di tubuh,

Menungguku berarti terus bekerja keras, tak peduli hingga akhir tetesan darahmu,

Menunggu menunggu dan menunggu, tanpa sedikitpun keluh…

Dan kau terus menunggu…

Menunggu untuk melihat aku mampu berdiri tegak dengan kedua kakiku,

Menungguku tertawa lepas meraih kebahagiaanku,

Menungguku tanpa mengharap balas atas setiap peluhmu yang terkuras….

Dan semua itu kini hanya bisa kubalas dengan rasa malu,

Aku malu untuk berdiri tegak tanpa tahu bagaimana caraku mengganti semua waktumu yang terbuang untuk menungguku,

Aku malu, menghabiskan waktuku untuk semua yang aku mau,

Aku malu, karena peluhku takkan pernah sebanding dengan seluruh peluhmu untuk menunggu kesuksesanku,

Aku malu, karena aku tak tahu benda apa yang lebih berharga dari setiap waktu-waktu itu….

Hingga aku tahu… Benda itu takkan pernah ada….

Aku malu, aku sungguh malu…

Tapi kemudian aku tahu, bahwa Tuhan telah memberiku cara, meski tak berwujud benda…

Aku diberi-Nya cara untuk mendoakanmu, untuk membalas semua keikhlasanmu itu….

Ayah, ibu…. Terima kasih atas segala waktumu…

Tuhan, terima kasih atas karunia-Mu menitipkanku pada ayah dan ibuku

Seseorang dalam tulisanku

Ketika kuselipkan namamu diam-diam dalam puisi-puisiku dan tulisan-tulisanku, artinya kau adalah bagian penting dalam hidupku. Meski memang tak ada namamu, tak ada inisialmu, tak ada tanda-tanda itu kau, tak ada spesifikasi yang merujuk padamu. Ini mungkin seperti doa yang diucap tanpa kau tahu. Lagi pula, diam-diam bukan berarti tak ingin kau tahu. Hanya saja aku tak ingin mengatakan sesuatu yang tak bisa kujanjikan. Aku tak bisa menjanjikanmu apa-apa. Tapi percayakah kau bahwa ada takdir diantara kau dan aku? Apapun takdirnya, aku tahu kau berarti dalam hidupku. Aku tahu kau adalah perjalanan menuju baikku ataupun tujuanku akan baiknya kita.

Who?

Kepada kau,
Lelaki yang kusebut-sebut dalam setiap puisi

Tahukah kau,
Bahwa diam-diam perempuan menyimpan sebuah rahasia 

Belum jatuh hati sungguhan
seorang perempuan padamu
Bila sajadahnya belum menjadi saksi perihal ia yang menjadi perempuan pendoamu setiap hari 

Belum jatuh hati sungguhan
seorang perempuan padamu
Bila dalam doa sepertigamalamnya,
Namamu bukanlah salahsatu
yang dilafadzkannya

Belum jatuh hati sungguhan
seorang perempuan padamu
Bila ia belum sengaja mencuri-curi waktu untuk mendoa perihal kebaikanmu 

Tahukah kau,Mencintaimu juga berarti mencintai Ayah dan Ibu
Belum jatuh hati sungguhan
seorang perempuan padamu
Bila dalam doanya nama Ibu
dan Ayah tak dilafadzkannya

Bila seorang perempuan
hatinya sudah benar-benar jatuh padamu
Ia akan memperbanyak doa
untukmu
Bukan untuk memenangkan
hatimu
Namun tahukah kau, Memperbanyak doa untukmu; menenangkan hatinya
Memperbanyak doa untukmu; adalah kebutuhannya

Diam tajam

Diam Tajam

Orang-orang disekitar kita diam dan terlihat seperti tidak perduli. Mereka seolah-olah tidak mau tahu apa yang sedang kita lakukan atau mungkin akan kita lakukan. Kita selalu mendakwanya demikian, selalu.

Padahal belum tentu itu yang terjadi. Apabila kita kenal doa sebagai rangkaian ucapan kepada Tuhan yang tidak terdengar, maka bisa jadi orang disekitar kita pun demikian. Diam diam mereka mendoakan kita yang tidak tahu. Mereka diam-diam berdoa dalam sunyi. Sesunyi hamba yang mengadu melalui hati, kuat tapi hening.

Kadang memang dalam hidup ini sering kita temukan, bahwa yang diam mampu menjadi lebih tajam. Semoga sama dengan doa-doa mereka yang dituturkan lirih, tapi Tuhan mendengar dengan ijabah yang disyukurkan.

Semoga hati-hati ini mampu lebih berlapang, lebih leluasa sehingga dapat melihat sesuatu dengan keadaan yang paling paham. Seperti melihat orang-orang disekitar kita yang diam, padahal tak pernah hilang sepertiga malam.

Pahami, se-tak kasat mata-pun.

Kamis, 12 Oktober 2017

Tentang 12102017 16:30

Cukup untuk ini.
Sekedar kepercayaan yang kutitipkan.
Tak akan ku minta yang lainnya.
Aku selalu ingat, ketika aku memintamu kepadaNya.
Dan ketika seperti inipun, aku tau, Dia ingin aku meminta kepadaNya.
.
Entah bagaimanapun rasanya, sekuat hati jika masih bisaku tahan, aku tetap akan bertahan dan menahan.
Ku minta kepadaNya, untuk ditetapkan yang terbaik.
Ku minta kepadaNya, untuk selalu dikuatkan.
Ku minta kepadaNya, untuk ku bisa menerima tanpa penyesalan.
.
Aku tak akan minta kepadamu.
Lakukan saja apa yang menurutmu baik.
Aku tau, kamupun tau.
Seperti itulah yang benar-benar baik.
.
Terimakasih.
______________
13102017
06:42 WIB