Jumat, 08 Desember 2017

Sabarku menjadi sadar

Ingin ku mengatakan, tapi entah darimana.
Sabarku selama ini telah hilang kabar. Sudah tidak adakah?
Sabar yang selalu ku ikuti  kini berubah menjadi sadar.
Sabar untuk tetap bertahan dengan rasa sakit, hingga sadar bahwa terlalu sakit dan terlalu lama. Sadar bahwa aku lebih baik pergi tanpa sebuah rasa.
Aku takut. Semakin aku sadar, semakin aku tak melihat sabar.
Ketahuilah, aku lelah.
Berulang kali merasakan perihal yang sama.
Serasa luka yang terbuka kembali yang padahal belum sepenuhnya kering.
Bukan salahmu. Hanya aku yang egois. Egois untuk memilikimu sendiri. Tanpa ada tangan yang lain.
Itu hakmu. Dan kembali, aku memang bukan siapa-siapa.
Bebas? Iya kamu bebas.
Hanya perasaanku saja yang takut kehilangan (lagi)
Terlalu sering kumerasakan, hingga akhirnya aku lelah.
.
Kamu lihat hujan di senja hari kemarin?
Ketika kamu pun tak dapat melihat indahnya senja kemarin.
Masihkan Indah senja saat ini? Ataukah akan Indah senja esok?
Mendung dan hujan selalu saja menang.
.
Begitulah, hatiku.
Aku takut, akankah masih Indah hariku esok?
Aku belajar, jika baru sekejap saja kamu mampu mengulangnya, lalu bagaimana dengan yang akan datang?
Berapakah kesempatan yang sudah kita lalui?
Berapa kali jua kah sia-sia kesempatan itu?
Aku hanya takut.
Kembali pada rasa takut.
Aku yang dulunya tak berani menjamah perihal hati, dan kamu yang mengajariku.
Hingga ku lupa dengan takut.
Namun kini? Kamu jua kah yang membawaku kembali pada rasa takut?
Aku benar-benar takut.
Aku telah dikecewakan.
.
Ya sudah, aku akan diam.
Aku diam untuk diriku.
Aku berbenah.
Bukan untuk mendiamimu.
Tapi untuk kita berkoreksi.
.
Aku ingin sendiri.
Tanpa ada yang kupercaya.
Tak satupun.

0 komentar:

Posting Komentar