... : Hai, senja yang sibuk, apakah kamu sedang sibuk menyembunyikan warnamu, menyembunyikan warna senja di balik kegelapan malam.
Senja : Loh loh..
... : Seharusnya kamu jangan mau kalah dengan warna hitamnya malam.
Senja : Aku malu akan warnaku, aku mencoba membakar langit, tapi selalu malam meraja.
... : Kamu harus menerangi dunia dengan warna jingga mu.
Senja : Ya. Akan selalu begitu. Namun bumi berputar aku punya waktuku, begitupun sang malam.
... : Tadi sampai dimana? mungkin sampai ketika senja mengalah pada hitamnya malam.
Senja : Aku hanya memiliki waktu setengah bumi.
... : Aku tau.
Senja : Semperempat tepatnya.
... : kamu memberikan kesempatan pada gulita dan rembulan untuk menemani kami manusia bumi, di malam hari.
Senja : Tentu saja, Aku tak mau egois, mereka temanku. Rembulan itu baik ia lembut, sedangkan gulita ia gagah perkasa.
... : Senja tak ingin hanya dirinya yang dikagumi, rembulan pun banyak dikagumi, semua memiliki keindahan, dan fajarpun banyak yang mengaguminya, teman harus saling berbagi.
Senja : Bulat!, telunjuk dan jempol bersatu!
... : berbagi waktu berbagi senyum. senyum kebahagiaan para penduduk bumi, senja yang menjingga.
Senja : Yang kami inginkan hanyalah senyum penduduk bumi
... : bulat. Aku dan kamu bersatu.
Senja : Damai memandang kami, Aku senja si telunjuk.
... : Aku jempol si lebar.
Senja : Senja selalu berusaha menyamankan, disaat peluh karena matahari.
... : Kamu menunjukkan jalan yang benar, dan aku membenarkan jalan yang kamu tunjuk.
Senja : Bersiap menanti malam datang. Ya, begitulah senja, meremangi jalan yang kau pilih, Agar tak silau namun tak gelap.
... : Senja kadang menyilaukan. Jika tak ada para awan yang sedikit menutupinya.
Senja : Tentu saja. Awan selalu bersamaku. Walau kadang ia menjauh
... : Awan yang selalu bersamamu rasanya asin ya?
Senja : Mengapa kau sangat mengetahuinya? Asin asam manis.
... : Karena tadi sore menjelang senja dia menangis.
Senja : Iya. Ia sedih, bahkan marah. Teriakkannya menakutkanku.
... : Dia marah sampai wajahnya berwarna kelabu.
Senja : Ia memendamnya, aku tak tahu. Kini senja, Saatnya pamit biar malam yg menemanimu. Wahai temanku kukirimkan semburat jingga untuk kau kenang selalu.
0 komentar:
Posting Komentar