Selasa, 31 Mei 2016

Dari senja ke malam

... : Hai, senja yang sibuk, apakah kamu sedang sibuk menyembunyikan warnamu, menyembunyikan warna senja di balik kegelapan malam.

Senja : Loh loh..

... : Seharusnya kamu jangan mau kalah dengan warna hitamnya malam.

Senja : Aku malu akan warnaku, aku mencoba membakar langit, tapi selalu malam meraja.

... : Kamu harus menerangi dunia dengan warna jingga mu.

Senja : Ya. Akan selalu begitu. Namun bumi berputar aku punya waktuku, begitupun sang malam.

... : Tadi sampai dimana? mungkin sampai ketika senja mengalah pada hitamnya malam.

Senja : Aku hanya memiliki waktu setengah bumi.

... : Aku tau.

Senja : Semperempat tepatnya.

... : kamu memberikan kesempatan pada gulita dan rembulan untuk menemani kami manusia bumi, di malam hari.

Senja : Tentu saja, Aku tak mau egois, mereka temanku. Rembulan itu baik ia lembut, sedangkan gulita ia gagah perkasa.

... : Senja tak ingin hanya dirinya yang dikagumi, rembulan pun banyak dikagumi, semua memiliki keindahan, dan fajarpun banyak yang mengaguminya, teman harus saling berbagi.

Senja : Bulat!, telunjuk dan jempol bersatu!

... : berbagi waktu berbagi senyum. senyum kebahagiaan para penduduk bumi, senja yang menjingga.

Senja : Yang kami inginkan hanyalah senyum penduduk bumi

... : bulat. Aku dan kamu bersatu.

Senja : Damai memandang kami, Aku senja si telunjuk.

... : Aku jempol si lebar.

Senja : Senja selalu berusaha menyamankan, disaat peluh karena matahari.

... : Kamu menunjukkan jalan yang benar, dan aku membenarkan jalan yang kamu tunjuk.

Senja : Bersiap menanti malam datang. Ya, begitulah senja, meremangi jalan yang kau pilih, Agar tak silau namun tak gelap.

... : Senja kadang menyilaukan. Jika tak ada para awan yang sedikit menutupinya.

Senja : Tentu saja. Awan selalu bersamaku. Walau kadang ia menjauh

... : Awan yang selalu bersamamu rasanya asin ya?

Senja : Mengapa kau sangat mengetahuinya? Asin asam manis.

... : Karena tadi sore menjelang senja dia menangis.

Senja : Iya. Ia sedih, bahkan marah. Teriakkannya menakutkanku.

... : Dia marah sampai wajahnya berwarna kelabu.

Senja : Ia memendamnya, aku tak tahu. Kini senja, Saatnya pamit biar malam yg menemanimu. Wahai temanku kukirimkan semburat jingga untuk kau kenang selalu.

0 komentar:

Posting Komentar