Wahai malam, andai dia tau. Tau tentang mu, yang gelap gulita jika tanpa bintang. Tau tentang ku, yang sepi hampa jika tanpa hadirnya. Andaikan.
Malam, bolehkah aku cerita? Bukan tentang cinta, hanya sekedar rasa. Dan tokoh nya tetap 'dia'.
Malam, salahkah jika aku punya rasa? Salahkah jika aku nyaman? Salahkah jika aku ingin dia hadir setiap saat? Salahkah aku?
Malam, ini terlalu rumit. Sangat rumit. Tapi, terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur. Ya biarlah mengalir kemana air ingin mengalir. Hingga akhirnya ku ingin membuang rasa yang ku miliki. Ingin ku hanyutkan begitu saja. Hasilnya? Nihil. Semakin ku mencoba lupakan, semakin ku merindunya. Bahkan ini sudah terulang beberapa kali. Lagi-lagi tetap saja tentang dia.
Malam, salahkah aku jika aku cemburu? Ah iya, aku tak pantas cemburu. Siapa aku? Hah bukan siapa-siapa. Tapi, aku sering merasakannya. Terlalu sering. Duh, bisa apa aku? Hanya ku pendam, menjerit dan menangis dalam hati. Ini karena sebuah rasa.
Malam, apa aku salah menempatkan rasa? Rasa ini hadir dengan sendirinya. Ku akui saja, aku merasa damai ketika bersamanya. Dia penasihatku, dia penyemangatku, dia temanku, juga kakakku. Nyaman. Hanya itu. Dan ketika kita berjarak, aku penuh tanya. Ada apa? Salahkah aku? Tapi, bolehkan aku mencari yang hilang?
Malam, andai dia tau. Aku tetap disini. Ditempat awalku. Maju? Kurasa belum pantas. Mundur? Tak secepat itu. Aku tak mudah jatuh hati dan menghadirkan rasa, tapi juga sulit untuk melunturkan apa yang ada.
Malam, bagaimanapun akhirnya aku tetap menerima.bahkan jika aku harus menyimpan dan menata rapi rasaku dalam hati. Tak peduli akan sesakit apa. Aku akan menikmatinya. Inipun jua jika ia bersama yang lain. Cukup memandang. Mencoba ikhlas. Tanpa berbuat. Tanpa berucap. Malam, tak apakan?
Malam, salahkah jika aku diam? Sepertinya dia juga tak menyukai diamku. Lalu, bagaimana seharusnya aku? Malam, aku tak tau harus berbuat apa, hanya diam. Aku menyesuaikan. Jika ditanya bagaimana ingin ku? Sulit untuk menjawab. Sulit untuk ku ucap. Ingin ku katakan, tapi aku jua mengerti keadaan. Posisinya. Aku tau. Dari itu, ku urungkan ucapanku. Ya, setidaknya yang baik akan tetap baik. Dengan saling mengingatkan komitmen awal. Saling percaya. Saling menjaga perasaan. Itu saja.
Malam, aku ingin dia benar-benar mengerti. Sulit. Aku tau ini karena keadaan dan keberadaan posisinya. Aku tau itu. Dan dari sini, aku belajar untuk tetap mengerti.
Malam, aku tak bisa melepas namanya dari genggaman do'aku. Dan aku tetap diam, tapi diamku bukan tidak memperhatikannya. Andai dia tau, selalu dia yang ku ingat. Aku diam, karena aku ingin semakin memahami, jika sekarang belum saatnya memiliki. Mungkin jua dia tak mendengar resah gelisahku. Tapi semesta setiap saat mendengar do'aku untuk keselamatannya.
Mungkin benar saat ini kita sedang dijauhkan. Tetapi aku ingat perkataan, do'a-do'a itu kekuatan, ia sanggup mendekatkan. Dan akhirnya? Kau pasti tau jawabannya, malam.
26052016
22:33 wib
0 komentar:
Posting Komentar