Minggu, 17 April 2016

Diam dan Takutku

Miris. Seperti ini yang selalu aku takutkan. Dan ini terjadi pada sahabatku, orang terdekat ku setelah keluargaku. Sakit. Ia merasakan itu. Rabb, kenapa ia harus merasakan ini setelah ia bahagia? Ya, bahagia karena hambaMu, sosok lelaki yang (pernah) membuatnya bahagia. Dengan hati, bahkan dengan cintanya. Kenapa seperti ini? Inikah akhirnya? Jika iya, pertemukanlah ia dengan yang lebih baik.
.
Ah, semakin miris. Takut. Takut dan semakin takut dengan adanya cinta hambaMu. Cinta yang sering membuat lupa dengan cintaMu. Ya Rabb, jika memang Engkau hadirkan cinta di hati ku untuk hambaMu, ku mohon tetap bimbing aku. Dan kini, inikah itu? Jika iya, ku titipkan ini padaMu. Jujur, aku belum siap. Masih terlalu takut. Takut untuk cinta. Takut untuk sakit. Takut untuk...... ah segalanya. Namun, aku pun tak bisa membohongi hati ini, aku nyaman. Rasa nyaman itu yang selalu ada. Dan mungkin aku terlalu nyaman. Nyaman dengan sikapnya, bahkan (semua) yang ada padanya. Pada hambaMu. Lalu, ia? Entahlah....
.
Hanya saja, ku mohon tetap jaga hatinya agar selalu bernaung padaMu. Agar tetap terjaga pula keistiqamahannya. Kuatkan ia dalam segala yang memberatinya. Tegurlah ia, jika ia berlaku salah dan melanggar perintahMu.
.
Rabb, cukup Engkau yang yang mengetahui seluruhnya. Seluruh isi hatiku. Seluruh yang aku rasakan. Ya walau mungkin mereka mengetahui, tapi itu hanya sekedar dari sampul rasaku. Ku mohon, tetap jaga aku dan rasa ku agar tetap dalam diam. Diam yang tak terjelaskan. Biarlah mereka tetap menjadi pengamat yang penuh tanya, dan aku yang enggan menjawab. Aku bahagia dengan cerita, rasa, dan sakit ku, walau aku dalam diam..

18042016
01.25 a.m

0 komentar:

Posting Komentar